Metode agile merupakan hal yang penting untuk Anda pahami jika ingin serius terjun dalam industri IT. Terlebih, jika Anda mulai ada pada fase memerankan fungsi manajerial dalam tim.
Bisa jadi, pemahaman dan penerapan agile adalah solusi bagi akselerasi bisnis Anda ke level yang lebih tinggi.
Artikel ini secara singkat akan membantu Anda memahaminya secara sederhana namun fundamental.
Metode agile adalah sebuah pendekatan manajemen proyek IT yang mengutamakan kelincahan (fleksibel) dan kecepatan.
Mengutip Atlassian, metode ini selain membantu mempercepat penyelesaian proyek IT, juga dapat mengurangi sakit kepala yang dialami tim.
Wujudnya berupa empat nilai dan 12 prinsip yang muncul dalam bentuk Manifesto Agile pada 2001. Manifesto tersebut hadir sebagai bentuk keresahan 17 orang pencetusnya terhadap masa depan pengembangan software.
Mereka resah dengan pendekatan manajemen proyek yang semula terlalu over dalam membahas rencana dan dokumentasi. Padahal, menurut mereka yang terpenting dalam penyelesaian proyek adalah kepentingan user.
Simak Juga:: Rapid Application Development Indonesia untuk Aplikasi Digital
Untuk memahami bagaimana tahapan agile, penting bagi Anda untuk memahami pendekatan lainnya yang kerap dibenturkan, yakni pendekatan waterfall.
Waterfall atau air terjun sering mendapat sebutan pendekatan manajemen proyek yang konvensional karena menekankan pada rencana. Prinsipnya, proyek terlaksana berdasarkan rencana yang matang, eksekusi yang runtut, dan mengikuti pakem dari atas ke bawah.
Sementara agile berusaha memberikan cara pandang baru dengan tahapan umum atau life cycle berikut:
Pada tahap ini, developer atau pemilik produk berdiskusi terlebih dahulu untuk membicarakan ruang lingkup proyek.
Dalam agile, sebaiknya tak terlalu berkutat dan memperbanyak membahas konsep di awal, karena dalam perjalanannya agile membuka peluang berubah.
Hasil penting dari tahap ini, developer dapat memberikan hasil analisis dan perkiraannya terkait biaya dan lama waktu proyek dapat tuntas.
Setelah konsep jelas, proyek mulai berjalan dengan menetapkan tim dengan anggota terbaik untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Pihak-pihak terkait memberikan masukan untuk membangun arsitektur dasar atau bisa juga berbentuk mock up. Tujuannya, untuk menyempurnakan konsep pada tahap sebelumnya.
Tahap ketiga ini adalah hal yang terpenting dari agile, karena menjadi fase yang paling panjang dan menentukan keberhasilan proyek.
Dalam tahap ini, tim developer mesti mendapatkan umpan balik dari pengguna produk yang sudah dalam proses ‘jadi’. Lalu, dilakukan perbaikan, diminta umpan balik, perbaikan, dan terus berulang berkali-kali.Bahkan, mungkin muncul hal baru seperti fitur-fitur yang pada tahap awal tak terpikirkan.
Tujuannya, agar produk memuaskan klien dan user yang kelak menggunakan produknya.
Sebelum sepenuhnya sempurna publik gunakan, produk akan melalui proses uji yang matang dan berulang dari tim agile.
Proses ini memastikan agar produk benar-benar bersih dari cacat atau potensi bug yang memberi pengalaman buruk bagi user.
Proyek yang sudah rilis, masih membutuhkan dukungan. Tim dengan prinsip agile bukan hanya memastikan produk berjalan dan melawan potensi bug baru, namun mungkin juga menawarkan penyegaran produk. Tentu saja, dengan dasar kebutuhan user.
Produk bisa saja berhenti karena adanya software baru atau produk sudah tidak kompatibel lagi.
Sebelum berhenti, tim developer agile akan mengabarkan kepada user untuk bermigrasi pada software baru yang lebih baik.
Simak Juga:: Cloud Storage: Pengertian, Contoh, Cara Kerja dan Kelebihan
Alih-alih metode yang bersifat praktis, agile sebenarnya lebih dekat kepada pendekatan yang bersifat prinsipil.
Dalam tataran yang lebih aplikatif, ada sejumlah contoh metodologi yang dalam praktiknya menerapkan prinsip-prinsip agile. Kami berikan dua contoh yang paling populer.
1. Scrum
Ringkasnya, Scrum adalah framework proyek populer yang menggunakan konsep sprint dalam pengerjaan proyek.
Metode scrum menekankan pada waktu, yang membagi pengerjaan berdasarkan rentang waktu tertentu untuk mendapatkan hasil maksimal. Semua tim fokus untuk mewujudkannya.
2. Kanban
Metode Kanban berasal dari Jepang. Dalam melaksanakan proyek, tim dibantu oleh papan visual yang berisi kolom alur atau proses produksi yang berisi kartu-kartu pekerjaan.
Metode ini memberi penekanan pada kesadaran tim terhadap perubahan-perubahan kecil pada proyek karena semua dapat melihat status proyek.
Simak Juga:: Cloud Computing: Pengertian, Contoh, Manfaat & Jenis Layanan
Tahukah Anda, berdasarkan data dari TrustRadius, 81% memilih menggunakan prinsip agile ketimbang waterfall dalam mengerjakan proyek-proyeknya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Setidaknya, ada beberapa hal yang mendasari fakta tersebut.
Bagaimana, apakah Anda tertarik untuk mengimplementasikan agile dalam berbagai proyek Anda?
Deltadata Mandiri siap membantu percepatan transformasi digital perusahaan Anda dengan sejumlah layanan yang mendukung penerapan metode agile.
Salah satunya adalah platform Sengkuyung, yang memiliki berbagai fitur penunjang manajerial, kolaborasi, dan komunikasi yang siap meningkatkan kualitas proyek Anda.
Silahkan hubungi Deltadata lebih lanjut untuk mendapatkan informasi terbaru, melalui email berikut: marketing@deltadatamandiri.com
Simak Juga:: Sekilas tentang Apa itu Robotic Process Automation? Yuk Pahami